Akhir Eksistensi Tubuh Jasmaniah
Kematian menurut Alkitab dinyatakan sebagai akhir dari eksistensi (keberadaan) tubuh jasmaniah. Hal ini perlu terjadi supaya diketahui oleh manusia bahwa dirinya tunduk kepada hukum Allah (lih. Ibrani 9:27).
“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,” – (Ibr. 9:27 ITB)
Menurut Roma 6:23 bahwa kematian merupakan akibat dari dosa. Dikatakan sangat jelas, “Sebab upah dosa ialah maut”. Karena semua umat manusia di dunia ini telah berdosa, maka semua orang tunduk kepada kematian. Dalam surat Roma 5:12 dituliskan, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Awal mula kematian ini terjadi sejak kejatuhan manusia pertama dalam dosa. Di kitab Taurat, di dalam Kejadian 2:17 dikatakan, Allah memperingatkan Adam bahwa hukuman atas ketidaktaatan adalah kematian – “pastilah engkau mati.” Ketika Adam tidak taat, ia langsung mengalami kematian rohani, yang menyebabkan dia bersembunyi “terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman” (Kej. 3:8). Sejak itulah Adam mengalami kematian jasmani (Kej. 5:5).
Tiga Macam Pemisahan Dalam Kematian
Alkitab mengajarkan bahwa kematian sebagai pemisahan.
- Kematian jasmani merupakan pemisahan tubuh dari dari jiwa dan roh (2 Kor. 5:1-10)
- Kematian rohani merupakan pemisahan roh manusia dari Roh Allah
- Kematian Kekal merupakan pemisahan manusia seutuhnya dari Allah
Tempat di mana roh dan jiwa manusia yang mengalami pemisahan dari tubuhnya (kematian jasmani) berada disebut sebagai dunia orang mati atau dalam bahasa Ibrani, Sheol.
“sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati (li-sheol).” – (Maz. 88:3)
Kebahagiaan Bagi Orang-Percaya
Yesus Kristus juga mengalami kematian jasmani (Mat. 27:50) ketika Ia menerima hukuman mati di kayu salib. Namun perbedaannya dengan kematian Adam (atau manusia pada umumnya) ialah: Adam mati karena ia adalah orang berdosa, sedangkan Yesus, yang tidak pernah berdosa, memilih untuk mati sebagai pengganti bagi orang berdosa (lih. Ibrani 2:9). Yesus kemudian menunjukkan kuasa-Nya atas maut dan dosa dengan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga (Mat. 28; Why. 1:18). Karena Yesus Kristus, kematian menjadi musuh yang sudah dikalahkan. “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (1 Kor. 15:55; Hos. 13:14).
“Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.” – (Ibr. 2:9 ITB)
“Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” – (Why. 1:18 ITB)
Berita baiknya ialah bagi Saudara yang telah menerima anugerah keselamatan, kematian justru akan mengantarkan Saudara ke hadirat Kristus: “Beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” (2 Kor. 5:8; Fil. 1:23). Tetapi, bagi siapapun yang belum diselamatkan (belum percaya dan menerima kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dalam hidupnya secara pribadi), kematian benar-benar merupakan akhir dari kesempatannya untuk menerima anugerah keselamatan yang ditawarkan secara cuma-cuma oleh Allah. “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” (Mat. 25:46 ITB). Saat ini, ketika Saudara masih hidup, merupakan kesempatan terbaik untuk menerima anugerah keselamatan itu. Saudara bisa lakukan sekearang juga. Bagaimana caranya? Cukup percaya pada kematian dan kebangkitan Yesus serta menerima-Nya sebagai Juru Selamat pribadi Saudara (lih. Roma 10:9).
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” – (Roma 10:9 ITB)
Saudara bertanggungjawab atas nasib Saudara sendiri, bukan orang lain. Pikirkanlah dan ambillah keputusan terbaik segera demi keselamatan diri Saudara pribadi. Klik di sini untuk mendapatkan petunjuk caranya.
Penutup
Tidak ada yang lebih melegakan dari apapun juga di dunia ini, selain begitu nyatanya janji mengenai kebangkitan orang-percaya dari kematian (lih. 1 Kor. 15:51). Setiap orang-percaya menanti-nantikan masa itu, di mana “maut tidak akan ada lagi” (lih. Why. 21:4). Oleh karena itulah, orang Kristen menyebut kematian jasmani sebagai “tidur” (1 Tes. 5:9-10).
“Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah.” – (1 Kor. 15:51 ITB)
“Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” – (Why. 21:4 ITB)
“Yesus Kristus, Tuhan kita, … yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.” – (1 Tes. 5:9-10 ITB)
Leave a Reply